Gambar 1. Batubara yang telah ter-mesh |
Produksi
minyak bumi dalam negeri sebagai sumber energi Nasional tidak dapat sepenuhnya
digunakan untuk memenuhi konsumsi energi Nasional yang saat ini semakin
meningkat pesat. Mengingat hal tersebut, pemanfaatan batubara sebagai sumber
energi Nasional harus segera dilakukan baik dalam bentuk mentah maupun dalam
bentuk batubara dengan nilai tambah (added
value). Harga batubara di pasar global relatif lebih murah, sedangkan cadangan
yang tersisa masih melimpah dibandingkan dengan sumber energi lain seperti
minyak bumi. Batubara juga memiliki kelebihan sebagai sumber energi primer yang
dapat digunakan dalam banyak hal seperti listrik, bahan bakar motor, dan gas
kota [1]. Cadangan ini diperkirakan akan terus melonjak naik dan tercatat saat
ini cadangan batubara Indonesia mencapai kurang lebih 104,8 milyar ton [2]. Lihat Gambar 2 yang menunjukkan penyebaran batubara di Indonesia yang masih berpotensi untuk terus dikembangkan sebagai energi dampingan dari minyak bumi. Masih banyak titik sumber batubara yang belum dikelola dengan baik oleh negara diharapkan nanti akan banyak engineer dan scientist muda yang akan berkolaborasi dengan banyak pihak untuk mengembangkannya.
Gambar 2. Penyebaran Sumber Batubara di Indonesia |
Batubara telah memberikan pasokan sebesar 39% bagi listrik
dunia. Ketersediaan pasokan batubara dengan biaya rendah baik di negara maju
maupun di negara berkembang sangat vital untuk mendapatkan tingkat pemasangan
listrik yang tinggi. Contohnya di Cina, 700 juta orang telah memiliki sistem
listrik selama lebih dari 15 tahun yang lalu. Kini 99 % dari negara
tersebut telah memiliki sambungan listrik, dimana sekitar 77 % dari listrik
tersebut dihasilkan oleh pusat pembangkit listrik tenaga uap. Komsumsi batubara
dalam negeri di Indonesia tercatat sebesar 35,341 juta ton, 25,132 juta ton
atau sekitar 71,11 % di antaranya digunakan oleh PLTU. Hingga saat ini, PLTU
berbahan bakar batubara, baik milik Perusahaan Listrik Negara maupun yang
dikelola swasta, tercatat 9 PLTU di indonesia dengan total kapasitas saat ini
sebesar 7.550 MW dan mengkonsumsi batubara sekitar 25,1 juta ton per tahun [1]. Dengan membandingkan jumlah titik sumber batubara dan keluasan daerah ya yang belum teridentifikasi (lihat Gambar 1) seharusnya negara kita lebih cerdas lagi untuk memproduksi batubara dengan nilai tambah, bukan sekedar batubara mentah melainkan batubara dalam beragam bentuk yang bisa saja merupakan hasil dari destilasi, prirolisis, dan proses lainnya. Sampai saat ini produsen batubara terbesar di dunia masih diduduki oleh negara China, dan sekarang mari kita ambil masa untuk mempersiapkan diri menghasilkan renewable energy untuk negara dan kebutuhan kita sendiri.
Gambar 3. Perbandingan Produsan Batubara di dunia |
Umumnya
barubara tingkat rendah diproduksi untuk electric
power generation dalam pusat daya termal/ thermal power stations [3]. Karakteristik batubara muda di daerah
Aceh seperti kandungan sulfur dan kareteristik lainnya harus diketahui. Hal ini dapat dianalogikan jika kandungan
sulfur tinggi maka dapat menyebabkan masalah lingkungan yang serius ketika
batubara digunakan secara langsung dalam pembakaran. Pirolisis biomassa merupakan salah satu
teknologi alternatif yang dikembangkan sebagai teknologi pencairan untuk batubara
tingkat rendah [4].
1. Batubara
dan Karakteristiknya
Karakteristik batubara sumber (source coal)
yang digunakan harus memenuhi persyaratan batubara dari suatu tipe tungku
boiler yang digunakan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan batubara
sumber, yaitu kualitas dan biaya batubara. Sedangkan karakteristik batubara
sumber bervariasi dipengaruhi dengan adanya perbedaan dalam daerah asal. Unsur
pembentuk batubara terdiri dari : unsur utama (C,H, O, N, S, kadang-kadang Al,
Si), unsur kedua (Fe,Ca, Mg, Fe, K, Na, P, Ti), dan unsur sangat kecil (trace)
berupa logam-logam berat (heavy metals) dengan berat jenis di atas
5 kg/cm3 (melebihi Al) dan masing-masing berkadar sangat rendah yang
dinyatakan dalam ppm (bagian per sejuta) serta jumlahnya ada sekitar 40 unsur
yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Dari sejumlah logam berat
tersebut, yang biasa dipertimbangkan hanya 10 unsur logam berat yaitu seperti As,
Ba, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, Se, Zn, Ag [4].
2.
Pirolisis
Pirolisis adalah proses dekomposisi
kimia dengan meggunakan pemanasan tanpa adanya oksigen. Proses ini disebut juga
proses karbonasi yaitu proses untuk
memperoleh karbon atau arang, yang disebut juga High Temperature
Carbonization pada suhu 450 0C-500 0C. Proses
pirolisis menghasilkan gas-gas, seperti CO, CO2, CH4, H2,
dan hidrokarbon ringan. Jenis gas yang dihasilkan bermacam-macam tergantung
dari bahan baku. Salah satu contoh pada pirolisis dengan bahan baku batubara
menghasilkan gas seperti CO, CO2, NOx, dan SOx. Jika dalam jumlah besar, gas-gas tersebut
dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung. Paris et al. (2005) dalam Gani Haji [5] mengatakan
bahwa pirolisis merupakan proses pengarangan dengan cara pembakaran tidak
sempurna bahan-bahan yang mengandung karbon pada suhu tinggi. Kebanyakan proses
pirolisis menggunakan reaktor bertutup yang terbuat dari baja, sehingga bahan
tidak terjadi kontak langsung dengan oksigen. Umumnya proses pirolisis berlangsung pada suhu
di atas 300 °C dalam waktu 4-7 jam. Namun keadaan ini sangat bergantung pada
bahan baku dan cara pembuatannya [5].
References:
1.
Mandala Putra,
Sodikin., 2011. “Teknologi pemanfaatan Batubara untuk menghasilkan Batubara
Cair, Pembangkit Tenanga Listrik, Gas Metana dan Briket Batubara”, Seminar
Nasional AVoER ke-3 Palembang, hlm: 309-318, termuat di: http://eprints.unsri.ac.id/138/1/Pages_from_PROSIDING_AVOER_2011-32.pdf,
diaksespada 18 Mei 2013.
2.
Datin Fatia Umar., 2010.
“Pengaruh Proses Upgrading Terhadap Kualitas
Batubara Bunyu, Kalimantan Timur”, Seminar Rekayasa Kimia dan
Proses 2010, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Semarang,.
3. Ibarra,
J.V, et al., 1987. “Product Distribution
and Sulfur Forms in the Low Temperature Pyrolisis of a Spanish subbituminous
Coal”, Fuel Processing Technology, Vol: 15, page: 31-43, Elsevier Science
Publisher B. V, Amsterdam.
4. Fatimah,Is., Nugraha, Jaka., 2005
“ Identifikasi Hasil Pirolisis Serbuk Kayu Jati Menggunakan Principal Component Analysis (Identification of Pyrolysis Result
Tectonagrandis Wood Using Principal Component Analysis)”, Jurnal Ilmu Dasar Vol. 6 No. 1, hlm 41-47, termuat di: http://www2.jogjabelajar.org/modul/how/k/kimia/1_pirolisis.pdf,
diakses pada18 Mei 2013.
5. Gani
Haji, Abdul., et al., 2012. “Karakterisasi Asap Cair Hasil
Pirolisis Sampah Organik Padat (Characterization Of Liquid Smoke Pyrolyzed
From Solid Organic Waste), termuat
di journal.ipb.ac.id/index.php/jurnaltin/article/.../2890,
diakses pada 2 Oktober 2013.
SEMOGA BERMANFAAT
No comments:
Post a Comment